Selasa, 24 Mei 2016

Cerbung: "Volcano; 24 jam", Bab 6

6.       Sabtu, 10.15
Bayu, bersama Hans, berjalan sepanjang koridor kampus. Mereka bergegas menuju tempat kediaman Hans, meletakkan tas kuliah mereka dan berangkat ke supermarket. Selesai sudah kuliah Pak Herman yang  berakhir keributan. Munculnya bau belerang yang tiba-tiba, memaksa semua sekuriti mengecek peralatan yang berlistrik. Semua kegiatan perkuliahan dihentikan sementara, dan polisi telah ditelpon. Agak ribut pagi itu. Bayu dan teman-temannya tidak ambil pusing dan segera mempersiapkan perbekalan naik gunung mereka.
‘Daftarnya mana Yu, biar segera selesai belanjanya’
‘Ini, kukantongi. Kita bergegas saja Hans, tidak banyak macamnya, tapi banyak jumlahnya, nih, semua pada nitip…’
Sampai di supermarket, dengan cepat mereka mengambil troli, dan menggelindingkannya sepanjang lorong supermarket. Mie instan, roti tawar dan manis, kopi three in one, klethikan, batu baterai untuk senter, gas  ukuran kecil, korek api untuk api unggun, sayuran dan bumbu pecel.
Selesai berbelanja, Bayu dan teman-temannya sudah kembali berkumpul di rumah Hans. Endah datang bersama Gatot, sedangkan Nora diantar oleh pacarnya. Mereka sudah ditunggu Bayu dan Hans yang tengah sibuk dengan carrier  mereka.
‘Itu, belanjaan titipan kalian. Harap dicek sendiri-sendiri ya’
Pagi itu cerah. Matahari bersinar terang, awan putih bergelombang tipis terentang di langit. Angin semilir malu-malu meniup daun pohon mangga depan rumah Hans. Tampak dari kejauhan kesibukan anak-anak, packing persiapan pendakian. Sebenarnya, lebih tepat apabila dikatakan picnic daripada kegiatan pendakian yang sesungguhnya, karena kegiatan mereka nanti adalah hanya  berjalan dan berjalan. Namun begitulah mereka menyebutnya, toh karena mereka juga benar-benar akan mendaki  sebuah gunung, yaitu gunung Merbabu.
‘Jangan lupa doom  nya Tot..’
‘Iya, ini sudah kuambilkan punya kakak saya. Kemarin barusan dipakai camping di PGSD, tapi dah tak cuci sekarang, dah bersih’
‘sekalian lampu badainya?’
‘iya Yu, nih, dah siap dengan minyak tanahnya..’
Bayu mengepak rapi tenda itu. Diikatnya erat-erat di atas carrier nya beserta matras dan sleeping bag nya. Setelah semuanya jadi dan telah siap, mereka mempersiapkan diri untuk berangkat. Hans sibuk memberesi perabot rumah, kursi meja yang tadi dipepetkan ke pinggir ruangan. Sejurus kemudian Bayu melihat tambang di atas almari rumah Hans. Diambilnya tambang itu.
‘Boleh saya pinjam Hans?’
‘Tentu saja boleh. Tumben bawa tambang segala kali ini Yu?’
‘Thanks’
Lalu diikatkannya menyelubungi tenda di atas carriernya tadi.
Bayu mengernyitkan alis tanpa berpikir lebih lanjut.
Just in case…just in case!

Dia bicara pada dirinya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar