6.
Sabtu, 10.15
Bayu, bersama Hans, berjalan sepanjang koridor kampus. Mereka
bergegas menuju tempat kediaman Hans, meletakkan tas kuliah mereka dan
berangkat ke supermarket. Selesai sudah kuliah Pak Herman yang berakhir keributan. Munculnya bau belerang
yang tiba-tiba, memaksa semua sekuriti mengecek peralatan yang berlistrik.
Semua kegiatan perkuliahan dihentikan sementara, dan polisi telah ditelpon.
Agak ribut pagi itu. Bayu dan teman-temannya tidak ambil pusing dan segera
mempersiapkan perbekalan naik gunung mereka.
‘Daftarnya mana Yu, biar segera selesai belanjanya’
‘Ini, kukantongi. Kita bergegas saja Hans, tidak banyak macamnya,
tapi banyak jumlahnya, nih, semua pada nitip…’
Sampai di supermarket, dengan cepat mereka mengambil troli, dan
menggelindingkannya sepanjang lorong supermarket. Mie instan, roti tawar dan
manis, kopi three in one, klethikan, batu baterai untuk senter,
gas ukuran kecil, korek api untuk api
unggun, sayuran dan bumbu pecel.
Selesai berbelanja, Bayu dan teman-temannya sudah kembali berkumpul
di rumah Hans. Endah datang bersama Gatot, sedangkan Nora diantar oleh
pacarnya. Mereka sudah ditunggu Bayu dan Hans yang tengah sibuk dengan carrier mereka.
‘Itu, belanjaan titipan kalian. Harap dicek sendiri-sendiri ya’
Pagi itu cerah. Matahari bersinar terang, awan putih bergelombang tipis
terentang di langit. Angin semilir malu-malu meniup daun pohon mangga depan
rumah Hans. Tampak dari kejauhan kesibukan anak-anak, packing persiapan pendakian. Sebenarnya, lebih tepat apabila
dikatakan picnic daripada kegiatan
pendakian yang sesungguhnya, karena kegiatan mereka nanti adalah hanya berjalan dan berjalan. Namun begitulah mereka
menyebutnya, toh karena mereka juga benar-benar akan mendaki sebuah gunung, yaitu
gunung Merbabu.
‘Jangan lupa doom nya Tot..’
‘Iya, ini sudah kuambilkan punya kakak saya. Kemarin barusan dipakai
camping di PGSD, tapi dah tak cuci sekarang, dah bersih’
‘sekalian lampu badainya?’
‘iya Yu, nih, dah siap dengan minyak tanahnya..’
Bayu mengepak rapi tenda itu. Diikatnya erat-erat di atas carrier nya beserta matras dan sleeping bag nya.
Setelah semuanya jadi dan telah siap, mereka mempersiapkan diri untuk
berangkat. Hans sibuk memberesi perabot rumah, kursi meja yang tadi dipepetkan ke pinggir ruangan. Sejurus
kemudian Bayu melihat tambang di atas almari rumah Hans. Diambilnya tambang
itu.
‘Boleh saya pinjam Hans?’
‘Tentu saja boleh. Tumben bawa tambang segala kali ini Yu?’
‘Thanks’
Lalu diikatkannya menyelubungi tenda di atas carriernya tadi.
Bayu mengernyitkan alis tanpa berpikir lebih lanjut.
Just in case…just in case!
Dia bicara pada dirinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar