4.
Sabtu, 09.30 WIB
Bupati Sleman, Surip Wiroharjo, tertegun bermuka masam di ruang
kerjanya. Surat permohonan peresmian
lapangan pacuan kuda international berbiaya 3,4 trilyun, lengkap dengan hotel
dan villa, serta megamall di kawasan kaki merbabu, tergeletak di meja kerja
berlapis kaca. Selesai sudah proses pembangunannya yang supercepat. 3 tahun 4
bulan! Angkanya sama persis dengan biayanya.
Pemandangan hijau membentang, sebatas mata memandang terhampar di
depan pak Bupati lewat jendela kaca berbingkai mika kecoklatan lantai 3 ruang
kerjanya. Ditatapnya pemandangan itu dengan perasaan sendu dan sedih. Tergambar
kembali deru truk truk yang mengangkut para warga yang harus diminta dengan
suka rela meninggalkan tempat tinggal mereka dan juga ladang tembakau dan
sayuran mereka untuk pergi ke daerah relokasi. Alibinya daerah berbahaya. Masih
ingat juga bagaimana pulpen berkilat-kilat itu disodorkan supaya ia tanda
tangan.
Masih ingat juga gemuruh pawai kampanye pencalonan dirinya. Waktu
itu jam 10 siang, di tempat produksi penggergajian kayu sengon miliknya,
beberapa orang berjas dan bersepatu mengkilap tampak berbicara serius
dengannya. Pencalonan bupati sleman. Surip wiroharjo, pengusaha kargo kayu
sengon, berpihak pada para petani tembakau dan sayuran, memberi lapangan kerja
baru, bukan lagi menjadi petani melainkan pekerja di pabrik pengolahan kayu
sengon, dengan imbalan gaji dan fasiltas perumahan. Tertanda, surip sumoharjo,
calon bupati sleman. Sah.
Kendaraan berat bekerja siang malam meratakan lahan. Rumah-rumah
berdinding kayu, ladang yang masih dipenuhi tanaman tembakau, selokan-selokan
kecil dengan gemericik air bening pegunungan, gudang pupuk kandang yang baunya
khas, rata semua dengan tanah. Tanah rataan yang luas, kosong, dengan latar belakang
kontras pohon pinus kehijauan di kejauhan, ditambah papan nama proyek; ‘proyek pembangunan
lapangan pacuan kuda international’, membuat surip lesu tidak berdaya. Di sisi
lain, di sebalik punggung gunung, berhimpit rumah-rumah baru, tertata rapi berderet
bak perumahan rakyat, rumah para pekerja pabrik pengolahan kayu sengon.
Perumahan yang dipaksakan.
‘pak surip, kalau kenyataannya seperti ini, sebenarnya kami tidak
mau. Kami pingin kembali tinggal di dusun kami lagi saja, dan kembali menggarap
ladang tembakau dan sayur kami.’
‘pak surip, kawasan perumahan yang bapak bangun, terletak di kawasan
sedimen merbabu yang usianya telah ratusan tahun bertahan. Dari pantaun badan
meteorologi dan geofisika, bisa dimungkinkan terdapat kawasan tanah berongga
yang sewaktu-waktu dapat kembali terbuka. Dan bisa membahayakan warga.’
‘percayalah pak surip, ini adalah tempat terbaik untuk perumahan
baru warga. Dekat dengan pabrik, tersusun dengan perencanaan yang baik
perumahan. Ditanggung aman.’
‘aku merasa ditipu, bune. Tapi aku sudah tanda tangan. Aku tidak
bisa leda-lede.’
‘balon bupati menyejahterakan warga’
‘balon bupati membuat terobosan’
Telephon bordering. 003 ekstension sekretarisnya.
‘pak, kendaraan sudah siap. Gladi bersih dimulai 30 menit lagi.
Bapak jadi menghadiri tidak?’
‘Baik. Saya akan berangkat.’
Tidak! Saya tidak mau!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar